Wah... Tak terasa bulan suci Ramadhan akan segera berakhir. Bulan penuh berkah dan nikmat.

Ramadhan kedua di perantauan semakin terasa berkah dan perjuangannya. Sebelum masuk bulan ramadhan pun telah dimulai perjuangannya. Perjuangan mendapatkan secarik kertas paling berharga bagi para perantau. Secarik kertas "tiket mudik".

Memasuki sepuluh hari terakhir bulan ramadhan memang topik pembicaraan paling hot adalah mudik. Apalagi untuk arus mudik lebaran 2014 ini sungguh terasa 'hot'nya.

Terasa berbeda dengan tahun 2013, perburuan tiket kereta terasa sangat amat menyusahkan. Haha.. Lebay :)  Bagaimana tidak? Susahnya bukan main untuk sekedar memesan satu tiket perjalanan pulang. Susah karena saking banyaknya pencari tiket yang saling bersaing, dan lebih parah lagi adanya fenomena website pingsan. Website penyedia layanan kereta api pun ikut pusing hingga pingsan.

Tapi, Alhamdulillah dengan penuh perjuangan akhirnya tiket pun ditangan. Tiket reguler ga kebagian, tiket tambahan lebaran pun tak mengapa. Hasil begadang pun tak menjadi sia-sia.

Satu kejadian kecerobohan pun mewarnai perjalanan mudik tahun ini. Terlalu antusias untuk segera menginjakkan kaki di kota halaman tercinta ternyata menimbulkan efek samping yang semestinya tak terjadi.

Dengan hati penuh ceria, semangat penuh bara, dan tekat bulat termampatkan, kaki ini pun melangkah pasti meninggalkan rumah singgah di perantauan. Barang bawaan berat terasa ringan. Menunggu angkutan umum kopaja di pinggir jalan pun terasa sejuk. Tubuh ini mantap duduk dikursi belakang yang sempit namun tak terasa menyesakkan. Naik kopaja pun terasa seperti naik mobil mewah saking senangnya. Perjalanan menuju stasiun kereta pun sangat ku nikmati.

Dalam suasana penuh keceriaan ingin ku pastikan waktu keberangkatan yang tertera pada secarik kertas tiket kereta. Dan, dengan seketika suasana berubah 180 derajat. Panas, bingung, panik... Ternyata dompet seisinya tertinggal di kontrakan. Waaahh.. tidakkk... apa inii... Bagaimana bisa seceroboh ini. Langsung saja ku hentikan perjalananku dan turun dari kopaja butut itu. Dengan pikiran kacau memikirkan apakah masih sempat waktu untuk berputar balik, segera ku hentikan taxi dan langsung putar balik kembali ke kontrakan. Pasrahh..

Barang bawaan terasa amat berat, hati gundah gulana, langkah sempoyongan, waktu semakit mepet, macet menghadang. Pilihan terakhir jatuh pada abang ojek dipinggir jalan. Perjalanan pun kembali dilanjutkan.

Alhamdulillah masih sampai tepat waktu di Stasiun Pasar Senen. Hati terasa lega dan napas kembali berirama.

Sesampainya di Stasiun Pasar Senen, rasa heran terasa. Pasukan polisi dimana-mana, tentara siap siaga, dan awak media pun tersedia. Ku tanya pada petugas yang sedang berjaga, ternyata ada tokoh penting sedang berkunjung ke Stasiun Pasar Senen. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Budiono, beserta jajarannya memantau kesiapan arus mudik di Stasiun Pasar Senen. Dengan ramah Pak Presiden SBY menyapa para pemudik yang menggunakan jasa kereta api.

Bersalaman langsung dengan Presiden SBY mengantarkan perjalanan mudik ku menggunakan kereta api. Sungguh berkesan perjalanan mudik lebaran tahun ini.

 

Lebih berkesan lagi mudik rame-rame bersama teman-teman seperjuangan, teman-teman anak rantau. Semakin rame semakin asik.


 

Post a Comment Blogger

 
Top